contoh gambar yang dialamatkan sebagai makam Rasulullah, padahal sejatinya bukan makam beliau.
Teks Hadits
من
حج فزار قبري بعد موتي كان كمن زارني في حياتي . وزاد ابن عدي وصحبني
.
( موضوع )
Barangsiapa menunaikan ibadah haji
kemudian menziarahi kubur-ku sepeninggalku, ia seperti menziarahiku ketika aku
masih hidup.
[palsu]
Ini juga hadits maudhu’ (palsu).
Ath-Thabrani telah meriwayatkan dalam al-Mu’jamul
Kabir II/203 juga ad-Daru Quthni dalam Sunan
halaman 279 dan Imam Baihaqi V/246 dan semuanya dari sanad (jalur) Hafsh
bin Sulaiman dari Laits bin Abi Sulaim.
Menurut saya, hadits ini sangat
lemah. Sebabnya:
1.
Lemahnya
(hafalan) Laits bin Abi Sulaim, karena terbukti mencampur aduk hadits.
2.
Hafsh
bin Sulaiman yang dinamakan juga al-Gadhri sangat lemah seperti yang dinyatakan
oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib,
bahkan Ibnu Muin menyatakan sebagai pendusta dan pemalsu hadits.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa seluruh hadits yang berkenan dengan ziarah ke makam Rasulullah sangat
lemah sehingga tidak dapat dijadikan hujjah (argumen). Lebih jauh Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa kebohongan hadits ini sangat jelas. Sebab, siapa saja yang
menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam semasa hidupnya dan dia seorang mukmin, berarti ia sahabat
beliau. Apalagi bila ia termasuk orang yang hijrah bersama beliau atau berjihad
bersamanya. Maka telah dinyatakan oleh beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim (yang artinya):
“Jangan
kalian mencaci maki sahabat-sahabatku. Demi Zat yang aku di tangan-Nya,
seandainya seseorang di antara kalian ada yang membelanjakan hartanya berupa emas
sebesar Gunung Uhud, itu tidak akan mencapai secupak jasa-jasa mereka atau
bahkan separonya.”
Jadi, siapa pun orang setelahnya
generasi sahabat tidaklah dapat menandingi apalagi melebihi derajat keutamaan
sahabat, terutama dalam menjalankan ibadah yang bersifat wajib.
Peringatan:
Banyak orang menyangka bahwa Ibnu
Taimiyah dan umumnya kaum salafiyah melarah berziarah ke makam Rasul. Ini dusta
dan merupakan tuduhan palsu. Orang yang menulusuri dan membaca kitab-kitab
karangannya akan mengetahui secara pasti bahwa ia sangat menganjurkan dan
menyutujui ziarah ke kubur Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, selama ia tidak dibarengi dengan amalan-amalan bid’ah
(perkara baru dalam agama yang tidak sesuai dengan bimbigan Rasulullah).
Wallahu'alam bish shawab, wal hamdulillahi rabbil 'aalamin
sumber:
Al-Albani, M. N. Silsilah Hadits Dha'if dan Muadhu' Jilid I. Alih
bahasa oleh A.M Basalamah. 1995. Jakarta: Gema Insani Press. Hlm. 62-63
dengan sedikit perubahan dan tambahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar