disusun oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada siangnya dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan diharamkan berperang pada bulan-bulan itu.
Allah juga mengkhususkan hari Jumat dalam sepekan untuk berkumpul
shalat Jumat dan mendengarkan
khutbah yang berisi peringatan dan nasehat.
Ibnul Qayyim menerangkan dalam
kitabnya, Zaadul Ma'ad,[1] bahwa Jum'at mempunyai lebih dari tiga puluh
keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
melarang mengkhususkan ibadah pada malam Jumat atau puasa pada hari Jumat,
sebagaimana sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Artinya : Dari Abu Hurairah
radhiyallahuanhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengkhususkan malam Jumat untuk
beribadah dari malam-malam yang lain dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa
pada hari Jumat dari hari-hari yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari
Jumat itu) dengan puasa yang biasa kalian berpuasa padanya. [HR. Muslim
(no. 1144 (148) dan Ibnu Hibban (no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits
ash-Shahihah (no. 980)]
Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan
siang dengan menjanjikan terkabulnya doa dan terpenuhinya permintaan. Demikian
Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila
dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat
dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya.
Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan
contoh yang benar.
Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa
padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah
dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan
melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab.
Di bawah ini akan saya berikan
contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan shalat dan puasa di bulan Rajab.
HADITS PERTAMA
Artinya : Rajab bulan Allah,
Sya'ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku
Keterangan: HADITS INI MAUDHU
Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th.
650 H): Hadits ini maudhu.[Lihat Maudhu'atush Shaghani (I/61, no. 129)]
Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada
lafazh:
Artinya : Janganlah kalian lalai
dari (beribadah) pada malam Jumat pertama di bulan Rajab, karena malam itu
Malaikat menamakannya Raghaaib...
Keterangan: HADITS INI MAUDHU
Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): Hadits ini diriwayatkan oleh 'Abdur
Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami 'Ali bin
Muhammad bin Sa'id al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin
'Abdullah as-Shan'any, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu'. [Al-Manaarul
Muniif fish Shahih wadh Dha'if (no. 168-169)]
Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): Hadits ini palsu dan yang tertuduh
memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah
mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: Rawi-rawi hadits tersebut
adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab,
tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka. [Al-Maudhu'at (II/125),
oleh Ibnul Jauzy]
Imam adz-Dzahaby berkata: Ali bin Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul
Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan
hadits.
Kata para ulama lainnya: Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat
ar-Raghaa'ib. [Periksa: Mizaanul I'tidal (III/142-143, no. 5879)]
HADITS KEDUA
Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas
bulan-bulan lainnya seperti keutamaan al-Qur'an atas semua perkataan, keutamaan
bulan Syaban seperti keutamaanku atas para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan
seperti keutamaan Allah atas semua hamba.
Keterangan: HADITS INI MAUDHU
Kata al Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany: Hadits ini palsu. Lihat al-Mashnu
fii Ma'rifatil Haditsil Maudhu (no. 206, hal. 128), oleh Syaikh Ali al-Qary
al-Makky (wafat th. 1014 H)]
HADITS KETIGA:
Artinya : Barangsiapa shalat Maghrib
di malam pertama bulan Rajab, kemudian shalat sesudahnya dua puluh raka'at,
setiap raka'at membaca al-Fatihah dan al-Ikhlash serta salam sepuluh kali.
Kalian tahu ganjarannya? Sesungguhnya Jibril mengajarkan kepadaku demikian. Kami
berkata: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui, dan berkata: Allah akan
pelihara dirinya, hartanya, keluarga dan anaknya serta diselamatkan dari adzab
Qubur dan ia akan melewati as-Shirath seperti kilat tanpa dihisab, dan tidak
disiksa
Keterangan: HADITS MAUDHU
Kata Ibnul Jauzi: Hadits ini palsu
dan kebanyakan rawi-rawinya adalah majhul (tidak dikenal biografinya). [Lihat al-Maudhu'at
oleh Ibnul Jauzy (II/123), al-Fawaa'idul Majmu'ah fil Ahaadits Maudhu'at
oleh as-Syaukany (no. 144) dan Tanziihus Syari'ah al-Marfu'ah 'anil
Akhbaaris Syanii'ah al-Maudhu'at (II/89), oleh Abul Hasan Ali bin Muhammad
bin Araaq al-Kinani (wafat th. 963 H).]
HADITS KEEMPAT
Artinya : Barangsiapa puasa satu
hari di bulan Rajab dan shalat empat raka'at, di raka'at pertama baca ayat
Kursiy seratus kali dan di raka'at kedua baca surat al-Ikhlas seratus kali,
maka dia tidak mati hingga melihat tempatnya di Surga atau diperlihatkan
kepadanya (sebelum ia mati)
Keterangan: HADITS INI MAUDHU
Kata Ibnul Jauzy: Hadits ini palsu, dan rawi-rawinya majhul serta
seorang perawi yang bernama Utsman bin Atha adalah perawi matruk menurut para
Ahli Hadits. [Al-Maudhu'at (II/123-124).]
Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany, Utsman bin Atha adalah rawi
yang lemah. [Lihat Taqriibut Tahdziib (I/663 no. 4518)]
HADITS KELIMA
Artinya : Barangsiapa puasa satu
hari di bulan Rajab (ganjarannya) sama dengan berpuasa satu bulan.
Keterangan: HADITS INI SANGAT LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hafizh dari Abu Dzarr secara marfu'.
Dalam sanad hadits ini ada perawi
yang bernama al-Furaat bin as-Saa'ib, dia adalah seorang rawi yang matruk.
[Lihat al-Fawaa-id al-Majmu'ah (no. 290)]
Kata Imam an-Nasa'i: Furaat bin
as-Saa'ib Matrukul hadits. Dan kata Imam al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir: Para
Ahli Hadits meninggalkannya, karena dia seorang rawi munkarul hadits, serta dia
termasuk rawi yang matruk kata Imam ad-Daraquthni. [Lihat adh-Dhu'afa wa
Matrukin oleh Imam an-Nasa'i (no. 512), al-Jarh wat Ta'dil (VII/80),
Mizaanul I'tidal (III/341) dan Lisaanul Mizaan (IV/430).]
HADITS KEENAM
Artinya : Sesungguhnya di Surga ada
sungai yang dinamakan Rajab airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari
madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab maka Allah akan
memberikan minum kepadanya dari air sungai itu.
Keterangan: HADITS INI BATHIL
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Dailamy (I/2/281) dan al-Ashbahany di
dalam kitab at-Targhib (I-II/224) dari jalan Mansyur bin Yazid al-Asadiy
telah menceritakan kepada kami Musa bin Imran, ia berkata: Aku mendengar Anas
bin Malik berkata, ...
Imam adz-Dzahaby berkata: Mansyur bin Yazid al-Asadiy meriwayatkan
darinya, Muhammad al-Mughirah tentang keutamaan bulan Rajab. Mansyur bin Yazid
adalah rawi yang tidak dikenal dan khabar (hadits) ini adalah bathil. [Lihat Mizaanul
I'tidal (IV/ 189)]
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: Musa bin Imraan adalah
majhul dan aku tidak mengenalnya. [Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha'ifah wal
Maudhu'ah (no. 1898)]
HADITS KETUJUH.
Artinya : Barangsiapa berpuasa
tiga hari pada bulan Rajab, dituliskan baginya (ganjaran) puasa satu bulan,
barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya
tujuh buah pintu api Neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan
Rajab, maka Allah membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu Surga.
Dan barang siapa puasa nishfu (setengah bulan) Rajab, maka Allah akan
menghisabnya dengan hisab yang mudah.
Keterangan: HADITS INI PALSU
Hadits ini termaktub dalam kitab al-Fawaa'idul Majmu'ah fil Ahaadits
al-Maudhu'ah (no. 288). Setelah membawakan hadits ini asy-Syaukani berkata:
Suyuthi membawakan hadits ini dalam kitabnya, al-Laaliy al-Mashnu'ah,
ia berkata: Hadits ini diriwayatkan dari jalan Amr bin al-Azhar dari Abaan dari
Anas secara marfu'.
Dalam sanad hadits tersebut ada dua perawi yang sangat lemah:
[1]. Amr bin al-Azhar al-'Ataky.
Imam an-Nasa-i berkata: Dia Matrukul Hadits. Sedangkan kata Imam
al-Bukhari: Dia dituduh sebagai pendusta. Kata Imam Ahmad: Dia sering
memalsukan hadits. [Periksa, adh-Dhu'afa wal Matrukin (no. 478) oleh
Imam an-Nasa-i, Mizaanul I'tidal (III/245-246), al-Jarh wat Ta'dil
(VI/221) dan Lisaanul Mizaan (IV/353)]
[2]. Abaan bin Abi 'Ayyasy, seorang
Tabi'in shaghiir.
Imam Ahmad dan an-Nasa-i berkata: Dia Matrukul Hadits (ditinggalkan
haditsnya). Kata Yahya bin Ma'in: Dia matruk. Dan beliau pernah berkata: Dia
rawi yang lemah. [Periksa: Adh Dhu'afa wal Matrukin (no. 21), Mizaanul
I'tidal (I/10), al-Jarh wat Tadil (II/295), Taqriibut Tahdzib (I/51,
no. 142)]
Hadits ini diriwayatkan juga oleh
Abu Syaikh dari jalan Ibnu Ulwan dari Abaan. Kata Imam as-Suyuthi: Ibnu Ulwan
adalah pemalsu hadits. [Lihat al-Fawaaidul Majmu'ah (hal. 102, no. 288).
Sebenarnya masih banyak lagi hadits-hadits tentang keutamaan Rajab,
shalat Raghaa'ib dan puasa Rajab, akan tetapi karena semuanya sangat lemah dan
palsu, penulis mencukupkan tujuh hadits saja.
Sumber: almanhaj.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar