Ahlan wa sahlan bagi pengunjung yang dirahmati Allah sekalian. Dipersilakan bagi pembaca atau pengunjung untuk menyebarkan isi atau meteri dari blog ini dengan menjaga amanat ilmiah, dengan mencantumkan link website ini. Semoga dapat menjadi amal kebaikan kita di akhirat kelak. Aamiin

Jumat, 21 Juni 2013

Hadits Tentang Keutamaan Berziarah ke Makam Rasulullah Setelah Haji


contoh gambar  yang dialamatkan sebagai makam Rasulullah, padahal sejatinya bukan makam beliau.

Teks Hadits

من حج فزار قبري بعد موتي كان كمن زارني في حياتي . وزاد ابن عدي وصحبني
. ( موضوع )
Barangsiapa menunaikan ibadah haji kemudian menziarahi kubur-ku sepeninggalku, ia seperti menziarahiku ketika aku masih hidup. 
 [palsu]

Ini juga hadits maudhu’ (palsu). Ath-Thabrani telah meriwayatkan dalam al-Mu’jamul Kabir II/203 juga ad-Daru Quthni dalam Sunan halaman 279 dan Imam Baihaqi V/246 dan semuanya dari sanad (jalur) Hafsh bin Sulaiman dari Laits bin Abi Sulaim.
Menurut saya, hadits ini sangat lemah. Sebabnya:
1.       Lemahnya (hafalan) Laits bin Abi Sulaim, karena terbukti mencampur aduk hadits.
2.      Hafsh bin Sulaiman yang dinamakan juga al-Gadhri sangat lemah seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib, bahkan Ibnu Muin menyatakan sebagai pendusta dan pemalsu hadits.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa seluruh hadits yang berkenan dengan ziarah ke makam Rasulullah sangat lemah sehingga tidak dapat dijadikan hujjah (argumen). Lebih jauh Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa kebohongan hadits ini sangat jelas. Sebab, siapa saja yang menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidupnya dan dia seorang mukmin, berarti ia sahabat beliau. Apalagi bila ia termasuk orang yang hijrah bersama beliau atau berjihad bersamanya. Maka telah dinyatakan oleh beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (yang artinya):
“Jangan kalian mencaci maki sahabat-sahabatku. Demi Zat yang aku di tangan-Nya, seandainya seseorang di antara kalian ada yang membelanjakan hartanya berupa emas sebesar Gunung Uhud, itu tidak akan mencapai secupak jasa-jasa mereka atau bahkan separonya.”
Jadi, siapa pun orang setelahnya generasi sahabat tidaklah dapat menandingi apalagi melebihi derajat keutamaan sahabat, terutama dalam menjalankan ibadah yang bersifat wajib.
Peringatan:
Banyak orang menyangka bahwa Ibnu Taimiyah dan umumnya kaum salafiyah melarah berziarah ke makam Rasul. Ini dusta dan merupakan tuduhan palsu. Orang yang menulusuri dan membaca kitab-kitab karangannya akan mengetahui secara pasti bahwa ia sangat menganjurkan dan menyutujui ziarah ke kubur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selama ia tidak dibarengi dengan amalan-amalan bid’ah (perkara baru dalam agama yang tidak sesuai dengan bimbigan Rasulullah).

Wallahu'alam bish shawab, wal hamdulillahi rabbil 'aalamin

sumber:
Al-Albani, M. N. Silsilah Hadits Dha'if dan Muadhu' Jilid I. Alih bahasa oleh A.M Basalamah. 1995. Jakarta: Gema Insani Press. Hlm. 62-63 dengan sedikit perubahan dan tambahan.



Sabtu, 15 Juni 2013

Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman?




Teks Hadits
حب الوطن من الإيمان (موضوع)
Cinta tanah air sebagian dari iman. [palsu]

Muhammad Nashiruddin Al-Albani


Dinyatakan oleh Ash-Shaghani bahwa hadits ini maudhu' (palsu). Di samping itu, maknanya tidak benar, sebab mencintai tanah air sama dengan mencintai jiwa raga dan harta benda. Yang demikian itu hal naluriah bagi setiap insan dan tidak perlu diagung-agungkan, apalagi dikatakan termasuk sebagian dari iman. Kita dapat melihat bahwa rasa cinta tanah air ini tidak bedanya antara orang mukmin dengan orang kafir.

Rabu, 12 Juni 2013

Hadits Tentang Sayur-Mayur

--> Muhammad Nashiruddin Al-Albani



Teks Hadits:


(زينوا موائدكم بالبقل فإنه مطردة للشيطان مع التسمية (موضوع

Hiasilah hidangan makan kalian dengan sayur-mayur karena itu merupakan pengusir setan sambil mengucap asma Allah. [palsu]


Hadits ini maudhu’. Ia diriwayatkan oleh Abdur Rahman bin Nashir ad-Dimasqi dalam kitab al-Fawa’id II/229 dan Abu Naim dalam kitab Akhbar al-Asbahan II/216 dan sebagian sanad Ala bin Maslamah.
Menurut saya, hadits ini maudhu’. Karena telah dinyatakan oleh pakarr hadits, di antaranya Ibnu Hibban dan adz-Dzahabi bahwasannya Ala adalah pemalsu dan tukang mencampur-aduk hadits. Bahkan Ibnu Hibban menambahkan bahwa tidaklah dapat dianggap shahih jika riwayat tersebut dijadikan hujjah (argumen-pen). Oleh Ibnul Jauzi riwayat tersebut ditempatkan dalam deretan hadits-hadits maudhu’. Beliau mengatakan, “Riwayat ini tidak ada sumbernya dalam hadits shahih dan Ala sendiri termasuk deretan pemalsu hadits.”
Wallahu a’lam bis shawab. Segala puji hanya milik Allah Ta’ala semata.