كان
يأخذ من لحيته من عرضها وطولها
(
موضوع
)
_
Rasulullah
shallallahu
'alaihi wa sallam
selalu mengurangi panjang dan lebar jenggotnya (maksudnya
selalu merapikannya).
[palsu]
Hadits
ini maudhu' (palsu). Ia diriwayatkan oleh Tirmidzi III/11 dan
al-Uqaili
dalam
kitab Dhu'afa
halaman
288, dan Ibnu Adi II/243, dengan sanad dari Umar bin Harun
al-Balakhi, dari Usamah bin Zaid dari Amir bin Syu'aib, dari ayahnya,
dari kakeknya. Tirmidzi berkata, “Hadits ini hadits gharib.”
Umar
bin Harun telah disebutkan dalam kitab al-Mizan,
bahwa
Ibnu Muin berkata, “Ia pendusta dan keji.” Adapun Shaleh Jazrah
berkata, “Umar bin Harun pendusta,” seraya menyebutkan hadits
riwayat ini.
Saudaraku
yang senatiasa dirahmati oleh Allah Tabaraka
wata'ala, sudah
menjadi maklum bahwa Laki-laki dan wanita diciptakan oleh Allah
subhanahu
wa ta'ala dalam
keadaan yang berbeda. Mengapa demikian? Karena sudah menjadi fitrah
bahwa Allah menciptakan laki-laki dengan badan yang tampan, kuat,
gagah, wibawa dan seterusnya, adapun wanita telah Allah subahanahu
wata'ala dengan
perangai yang halus, cantik, kasih sayang. Itulah perbedaan antara
laki-laki dan wanita. Lalu bagaimana dengan pribadi Rasulullah
shallallahu
'alaihi wasallam yang
menjadi sosok tauladan di muka bumi ini? Bukankah orang-orang kafir
mengakui akan keagungan pada diri beliau dan sosok yang berpengaruh
di muka bumi ini?
Apabila
kita menengok ke dalam sejarah kehidupan beliau dan para shahabatnya,
maka akan tercermin perbedaan yang menunjukkan identitas seorang
muslim dan orang kafir dari segi penampilan. Allah subhanahu
wata'ala telah
menciptakan jenggot sebagai fithrah, sebagaiman dalam firmanNya (yang
artinya):
'Tidak
ada perubahan pada fithrah Allah.' (QS.
Ar-Ruum: 30). Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu
ia
berkata, “Rasulullah
bersabda, 'Cukur habis kumis, peliharalah jenggot, dan berbedalah
dengan kaum Majusi (penyembah
api). [1]
Dari
Anas bin Malik –pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam- mengatakan, ”Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan
terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali
dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus.
Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun,
lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah
selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan. Di
kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah
putih.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, Muhammad
Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan.
Beliau katakan hadits ini shohih)
Lihatlah
saudaraku, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di atas
dengan sangat jelas terlihat memiliki jenggot. Lalu pantaskah orang
berjenggot dicela?!
dari
Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَالِفُوا
الْمُشْرِكِينَ ، وَفِّرُوا اللِّحَى ،
وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
“Selisilah
orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.”
(HR. Bukhari no. 5892)
Selain
dalil-dalil di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat
tidak suka melihat orang yang jenggotnya dalam keadaan tercukur.
Ketika
Kisro (penguasa Persia) mengutus dua orang untuk menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menemui beliau dalam keadaan
jenggot yang tercukur dan kumis yang lebat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak suka melihat keduanya. Beliau
bertanya,”Celaka kalian! Siapa yang memerintahkan kalian seperti
ini?” Keduanya berkata, ”Tuan kami (yaitu Kisra) memerintahkan
kami seperti ini.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ”Akan tetapi, Rabb-ku memerintahkanku untuk memelihara
jenggotku dan menggunting kumisku.” (HR. Thabrani, Hasan. Dinukil
dari Minal Hadin Nabawi I’faul Liha)
Lihatlah
saudaraku, dalam hadits yang telah kami bawakan di atas menunjukkan
bahwa memelihara jenggot adalah suatu perintah. Memangkasnya dicela
oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Menurut kaedah dalam Ilmu
Ushul Fiqh, ”Al Amru lil wujub” yaitu setiap perintah menunjukkan
suatu kewajiban. Sehingga memelihara jenggot yang tepat bukan
hanya sekedar anjuran, namun suatu kewajiban. Di samping itu, maksud
memelihara jenggot adalah untuk menyelisihi orang-orang musyrik dan
Majusi serta perbuatan ini adalah fithroh manusia yang dilarang untuk
diubah.
Berdasar
hadits-hadits di atas, memelihara jenggot tidak selalu Nabi kaitkan
dengan menyelisihi orang kafir. Hanya dalam beberapa hadits namun
tidak semua, Nabi kaitkan dengan menyelisihi Musyrikin dan Majusi.
Sehingga tidaklah benar anggapan bahwa perintah memelihara jenggot
dikaitkan dengan menyelisihi Yahudi.
Maka
sudah sepantasnya setiap muslim memperhatikan perintah Nabi dan
celaan beliau terhadap orang-orang yang memangkas jenggotnya. Jadi
yang lebih tepat dilakukan adalah memelihara jenggot dan memendekkan
kumis. [2]
Para
Nabi, Orang-orang shalih, itu memelihara jenggot, sedangkan orang
kafir tidak memeliharanya, bila kita dihadapkan 2 (dua) pilihan ini,
manakah yang akan menjadi pilihan kita? Bukankah pilihan yang pertama
wahai saudaraku?, karena kita berharap akan dikumpulkan oleh Allah
bersama mereka ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, dan
berlindung dikumpulkan bersama orang-orang kafir di Neraka -semoga
Allah melindungi kita darinya-. Demikian sajian singkat tentang
masalah identitas seorang laki-laki yaitu jenggot, dan semoga Allah
memberi taufik dan kemudahan kitan untuk mengamalkan ajaran Nabi-Mu
dan dikumpulkan bersamanya serta orang-orang shalih. Aamiin. Semoga
ada manfaatnya.
Pagi
hari yang penuh berkah,
Jember,
Ahad,
11 Rajab 1435 H / 11 Mei 2014
[1]
Tamamul Minnah, Abu Abdurrahman 'Adil bin Yusuf al-Azzazi, Pustaka
As-Sunnah, Jakarta, hlm. 87-88
[2]
Perintah Nabi agar memelihara Jenggot, artikel rumaysho.com