Ahlan wa sahlan bagi pengunjung yang dirahmati Allah sekalian. Dipersilakan bagi pembaca atau pengunjung untuk menyebarkan isi atau meteri dari blog ini dengan menjaga amanat ilmiah, dengan mencantumkan link website ini. Semoga dapat menjadi amal kebaikan kita di akhirat kelak. Aamiin

Minggu, 23 Februari 2014

Adakah Keutamaan Memakai Cincin Akik?



تختموا بالعقيق فإنه مبارك
(موضوع)
Pakailah cincin dengan batu akik karena batu akik itu diberkati.
[palsu]



Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh al-Muhamli dalam kitab al-Amali II/41, al-Khatib dalam Tarikh Baghdad XI/251 dan juga al-Uqaili dalam Dhu'afa halaman 466 dengan sanad dari Ya'qub bin al-Walid al-Madani, sedangkan Ibnu Adi I/356 dengan sanad dari Y'aqub bin Ibrahim az-Zuhri yang semuanya dari Hisyam bin Urwah dari Ayahnya, dari Aisyah radhiyallhu'anha.
Dari sanad Uqaili dalam kitab al-Maudhu'at Ibnul Jauzi menyebutkan, “Ya'qub adalah pendusta dan pemalsu (hadits)” Uqaili sendiri berkata, “Dalam hal ini terbukti keshahihannya bersumber dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.”
Dalam mengutarakan biografi Ya'qub ini adz-Dzahabi berkata, “Imam Ahmad berkata, “Ia (Ya'qub) termasuk deretan pendusta besar dan pemalsu hadits rangking atas.” Kemudian adz-Dzahabi menyebut hadits diatas. Ibnu Adi berkata, “Ya'qub bin Ibrahim ini tidak dikenal dan riwayat ini dicuri dari Ya'qub bin al-Walid.”
Seperti biasa, As Syuthi selalu berusaha mengomentari pernyataan Ibnul Jauzi. Dalam kitab al-Li'ali II/282 berkata, “Hadits ini mempunyai sanad lain dari Abi Said Syu'aib bin Muhammad bin Ibrahim asy-Syu'aibi, dari Abu Abdillah Muhammad bin Washir al-Qarni, dari Muhammad bin Shal bin Al-Fadhl bin Askar Abu al-Fadhl, dari Khalad bin Yahya, dari Hisyam bin Urwah.
Menurut saya (Syaikh Al-Albani), ini adalah pernyataan mengambang dan tidak mengena. Disamping oleh Sakhawi telah dinyatakan semua sanadnya batil, hadits ini juga menyimpang dari ketetapan-ketetapan dan kaidah-kaidah yang disepakati kalangan pakar hadits dan ilmunya. Disebtukan bahwa banyaknya sanad dalam suatu riwayat dapat menguatkan kedudukan duatu hadits. Namun yang ada dalam riwayat hadits ini tidak demikian. Sebagian besar sanadnyatidak lepas dari tertuduh sebagai pendusta. Di samping itu, lafazh matan (redaksi hadits)nya pun tidak tetap.Misalnya, dalam riwayat Aisyah dinyatakan 'diberkahi', sedang pada riwayat yang lain dinyatakan 'dapat menolak kefakiran', dan sebagainya, yang sungguh tidak bisa dibenarkan syariat maupun akal sehat. Hadits serupa ini sangat banyak diriwayatkan dan sangat menyesatkan aqidah yang sehat dan murni. Diantaranya adalah hadits-hadits berikut ini:
 تختموا بالعقيق فإنه ينفي الفقر
(موضوع)
Gunakanlah cincin akik karena sesungguhnya cincin akik itu dapat menolak kefakiran.
[palsu]


Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh Ibnu Asakir IV/291 dalam mengetengahkan biografi al-Hasan bin Muhammad bin Ahmad bin Hisyam as-Sulami, dengan sanad dari Abi Ja'far Muhammad bin Abdullah al-Baghdadi, dari Muhammad bin al-Hasan dari Muhammad Ath-Thawil dari Anas radhiyallahu'anhu.
Ibnu Hajar dalam al-Lisan II/269 berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa hadits ini maudhu', namun saya tidak mengetahui siapa yang memalsukannya.” Pernyataan ini dikukuhkan oleh as-Suyuthi dalam al-La'ali II/273.
تختموا بالعقيق فإنه أنجح للأمر واليمنى أحق بالزينة
(موضوع)
Gunakanlah cincin akik karena ia dapat menyukseskan segala urusan, dan tangan kanan lebih patut untuk dihiasi.
[palsu]

Hadits ini maudhu'. Dan diriwayatkan oleh Ali bin Mahrawiyah. Dalam sanadnya terdapat seorang bernama Daud bin Sulaiman al-Ghazi al-Jarjani yang oleh Ibnu Muin dinyatakan sebagai pendusta. Adz-Dzahabi berkata, “Dia adalah syekh kadzdzabin (biang pendusta)

من تختم بالعقيق لم يزل يرى خيرا
(موضوع)
Barangsiapa memakai cincin akik, ia akan selalu menjumpai kebaikan. [palsu]


Hadits ini maudhu'. Ibnul Jauzi meriwyatkan dalam al-Maudhu'at dengan sanad dari Ibnu Hibban yakni dalam kitab adh-Dhu'afa' dari Zuhair bin Ibad, dari Abu Bakar bin Syu'aib, dari Malik, dari az-Zuhri, dari Amr bin Syarid, dari Fatimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ibnul Jauzi berkata, “Abu Bakar ini meriwayatkan dari Imam Malik, padahal itu bukan hadits darinya.” Pernyataan ini dikukuhkan Suyuthi dalam al-La'ali II/271. Adz-Dzahabi dalam mengetengahkan biografi Abu Bakar berkata, “Ini Dusta semata.” Pernyataan itu disepakati oleh Ibnu Hajar dalam al-Lisan.
 Wallahu a'lam
Sumber: Al-Albani, M. N. Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu' Jilid 1. Alih bahasa oleh A.M Basalamah. 1995. Jakarta: Gema Insani Press,